RSS

Sudah Gadaikan Rumah, Kaki Belum Sembuh .











JAKARTA,   Daryati (39), korban kecelakaan Kopaja 63 lima bulan silam, terpaksa menggadaikan rumah keluarganya untuk membiayai pengobatan. Sayangnya, itu ternyata belum cukup untuk menebus berbagai bentuk pengobatan yang dibutuhkannya.
Ditemui di kediaman yang berstatus gadai di perumahan PU-Binamarga 09/102 , Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Ary—sapaan Daryati—tak dapat menyembunyikan kesedihannya.
"Kami sudah lama tinggal di sini. Ada banyak kenangan, termasuk bersama almarhum ayah," tutur Ary kepada Kompas.com, Selasa (14/6/2011). Apalagi dia sadar, rumah tersebut sudah bukan milik keluarganya lagi.
Daryati terpaksa merelakan rumah kenangan itu demi memperoleh pinjaman untuk membiayai perawatannya.
"Masih ada utang sekitar Rp 40 juta di Rumah Sakit Fatmawati. Tapi, uang itu tidak mungkin dipakai (untuk pembayaran rumah sakit)," keluh Ary.
Uang hasil menggadaikan rumah lebih banyak digunakan untuk perawatan fisik harian. Pasalnya, dengan utang menumpuk, Ary dan ibunya tidak bisa lagi melakukan rawat jalan di rumah sakit. "Walaupun dianjurkan, saya malu. Utang dua bulan rawat inap saja masih belum dibayar, masa harusngutang lagi buat rawat jalan?" tutur Ary.
Meski belum bisa menggerakkan kakinya, dia terpaksa melakukan sendiri perawatan di rumahnya yang cukup berisiko terhadap kesembuhan kaki kanan. Uang hasil gadai rumah digunakan untuk membeli perban dan obat-obatan penyembuhan luka. Dia juga membeli obat-obat herbal dan membayar jasa pemijat tradisional untuk menangani kaki kirinya yang ternyata mengalami keretakan.
Bukan hanya itu, uang tersebut juga diandalkan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Maklum, Ary yang tinggal berdua dengan ibunya menjadi tulang punggung keluarga sejak sang ayah, Sumardi, meninggal dunia tahun 1997.
Pihak RS Fatmawati sebenarnya memberikan keringanan kepada Ary untuk mencicil pembayaran rumah sakitnya. Dia diminta membayar Rp 1,5 juta per bulan. Sayangnya, jumlah tersebut sudah melampaui gaji bulanannya sebagai karyawan outsourcing di sebuah perusahaan swasta di Tanjung Priok.
Apalagi, sejak dia mengalami kecelakaan pada 16 Januari lalu, dia hanya menerima gaji pokok yang tak seberapa besar. Terbaliknya Kopaja jurusan Blok M-Depok pun praktis menghentikan sejumlah pekerjaan tambahan yang dilakukannya untuk membiayai hidup ibu dan dirinya.
"Saya menerima ketikan sampai cucian teman untuk mendapat tambahan uang," ujar Ary.
Semuanya saat ini tidak bisa dilakukan lagi. Ary hanya berbaring karena kaki kanannya yang remuk masih ditopang empat pen eksternal. Mahasiswi Universitas Pancasila ini juga tidak bisa diandalkan Rusnah, ibunya, yang telah berusia 72 tahun untuk menanggung kebutuhan harian keluarga.
"Saya sudah bilang ke salah seorang saudara untuk nitip ibu kalau rumah ini diambil. Saya sendiri bisa tinggal di kamar OB (office boy) di kantor. Saya akan minta ke bos supaya bisa tinggal di kantor," kata Ary sambil menitikkan air mata saat menjelaskan ke mana mereka akan pergi jika pemberi pinjaman mengambil alih rumah tersebut.

www.KOMPAS.comsumber : 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
>free counters